Proses pewarnaan kain batik pada umumnya dilakukan dengan menggunakan pewarna kimia atau dengan bahan-bahan kimia. Namun kini semakin populer pula proses pewarnaan yang menggunakan bahan baku dari alam. Dengan menggunakan pewarna alam ini, proses pembuatan batik tentunya menjadi lebih ramah lingkungan karena dengan metode ini perusakan alam karena bahan kimia bisa diminimalisir atau bahakan dihilangkan sama sekali.
Bahan pewarna alami umumnya berasal dari tumbuh-tumbuhan, seperti kayu, kulit kayu, akar, kulit akar, biji, kulit biji, daun, maupun bunga bahkan gula jawa juga dapat dijadikan pewarna alami untuk batik alami ini. Proses pewarnaan dengan menggunakan zat warna alam memang lebih rumit jika dibandingkan dengan menggunakan zat pewarna sintetis. Sebab, prosesnya harus dilakukan berulang kali untuk mendapatkan warna seperti yang diinginkan. Namun warna-warna yang dihasilkan memang cenderung menjadi lembut serta bersifat unik dan eksklusif. Karakteristik dari tumbuhan dan faktor lingkungan lah yang mempengaruhinya.
Warna alami biru/hitam diambil dari tanaman indigofera/nila/tom yang difermentasi. Warna coklat/soga diambil dari campuran kulit pohon tingi (arah warna merah), kulit pohon jambal (arah warna merah coklat), atau kayu tegeran (arah warna kuning). Pewarnaan sintetis untuk batik mulai dipergunakan pada abad XVI bersamaan dengan ditemukannya teknik cap yang dapat mempercepat proses pembuatan batik.
disini kami menawarkan produk-produk dari batik alami yang tentu saja akan diminati oleh anda dan para kaum go green sebagai usaha kita untuk menyelamatkan kerusakan lingkungan.
No comments:
Post a Comment